Senin, 17 Desember 2012

ANAK TUNAGRAHITA JUGA BUTUH PENDIDIKAN SEKS



Inilah kisah pertamaku bertemu langsung dengan anak-anak tunagrahita dalam sebuah lingkungan sekolah. Berawal dari tugas observasi Mata Kuliah Ortopedagogik Umum yang mengharuskan setiap mahasiswa yang tergabung dalam kelompok-kelompok mendatangi SLB-SLB di Surakarta. Kelompokku, secara kebetulan, mendapat bagian SLB C (tunagrahita). Ditentukanlah SLB YSSD (Yayasan Sosial Setya Darma) sebagai tempat tujuan observasi.

Singkat cerita, pada Hari Kamis, 29 November 2012, aku bersama kesembilan temanku melakukan observasi di SLB YSSD tersebut. Setelah menunggu selama satu jam, akhirnya observasi dimulai. Ini observasiku yang pertama. Maklum, latar belakang keluargaku tidak ada yang berkecimpung dalam dunia pendidikan luar biasa.

Setelah selesai menerima materi dari Pak Kasno, staff pendidik SLB YSSD, aku dan teman-teman berkeliling, melihat-lihat ke kelas-kelas. Karena suatu hal, hari itu murid-murid TK dan kelas I-IV diliburkan. Akhirnya kami mengunjungi kelas SMP dan SMA.
Ada seorang anak yang sejujurnya membuatku sedikit takut. Namanya kalau tidak salah, Adit. Ia sudah kelas XII. Tubuhnya kurus tinggi, wajahnya (maaf) sedikit menakutkan.
Saat aku sampai di depan kelasnya, Adit menjabat tanganku dan teman-temanku. Adit menanyakan namaku saat bersalaman denganku. Aku sebutkan saja namaku. Setelah mengetahui namaku, ia berlari ke dalam kelasnya dan meneriakkan namaku. Aku sedikit bingung, aku tidak paham apa maksudnya. Teman-temanku hanya tertawa melihat tingkah Adit.

Setelah masuk ke kelas si Adit tadi, aku menyadari, anak itu sedang cari perhatian padaku dan teman-temanku yang kebanyakan perempuan. Mereka, anak-anak tunagrahita, meskipun dari segi mental tidak akan lebih dewasa dibandingkan anak kelas III SD, ketertarikan pada lawan jenis dalam diri mereka tetap ada. Tidak hanya Adit, anak-anak lain seusianya bahkan banyak yang memiliki pacar.
Dalam hal ini, aku berpikir bahwa peran pendidikan seks juga sangat penting untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan pendidikan seks yang sesuai, mereka dapat mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Nah, masalahnya sekarang, apakah semua ABK sudah mendapat pendidikan seks yang sesuai?

2 komentar: